Search terms: Hadits menuntut ilmu, hadits tentang menuntut ilmu, dalil mencari ilmu dalam hadits.
Daftar Isi Hadits menuntut ilmu :
- hadits tentang niat mencari ilmu
- hadits tentang keutamaan ilmu
- hadits tentang perjalanan mencari ilmu
- Hadist Keutamaan Menuntut Ilmu Setelah Kematian
- hadits tentang menyebarkan ilmu
- Hadits tentang Hilangnya Ilmu Karena Wafatnya Ulama
Hadits Tentang Niat Menuntut Ilmu
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (مَن تعَلَّمَ علمًا ممَّا يُبتَغَى به وجهُ اللهِ، لا يتعلَّمُه إلَّا لِيُصِيبَ به عَرَضًا من الدُّنيا، لم يَجِدْ عَرْفَ الجنَّة يَومَ القيامَةِ).
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
عن جابر بن عبد الله- رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: (لا تَعلَّموا العِلمَ لِتُباهوا به العُلماءَ، ولا تُماروا به السُّفهاءَ، ولا تَخيَّروا به المجالِسَ فمَن فعَل ذلك فالنَّارَ النَّارَ).
“Jangan memelajari ilmu sekadar untuk membanggakan diri di hadapan ulama dan untuk mendebat orang yang bodoh. Janganlah pilih-pilih majelis ilmu (yaitu enggan hadir di pengajian yang tidak sesuai dengan seleranya meski pengajian itu mengajarkan Al-Quran dan sunnah Nabi, pen.). Barang siapa melakukan hal-hal tersebut, maka neraka akan membakarnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
Hadits Tentang Keutamaan Ilmu
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: (طلَبُ العِلمِ فَريضةٌ علَى كلِّ مُسلِمٍ).
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).
عن عبد الله بن عباس -ضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (مَن يُرِدِ اللهُ بِه خَيرًا يُفقِّهْهُ في الدِّينِ).
Dari Ibn ‘Abbas radiyallahu ‘anhu dia berkata, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah menjadikannya paham dalam perkara agama.’”
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال : (الناسُ معادِنٌ كمعادِنِ الذهبِ والفضةِ، خيارُهم في الجاهلِيَّةِ، خيارُهم في الإسلامِ إذا فَقُهوا، والأرواحُ جنودٌ مُجَنَّدَةٌ، فما تعارَفَ منها ائتلَفَ، وما تناكَرَ منها اختلَفَ).
Dari Abu Hurariah -raḍiyallāhu ‘anhu-, dari Rasulullah – ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Manusia ibarat barang tambang berharga seperti tambang emas dan perak; orang-orang mulia pada masa jahiliah adalah orang-orang mulia pada masa Islam jika mereka memahami (agama). Ruh-ruh manusia bagaikan tentara yang berkumpul; jika saling kenal maka bersatu dan jika tidak saling kenal maka ia akan terpisah.”
عن أبي أمامة الباهلي -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (فضلُ العالمِ علَى العابدِ كفضلي علَى أدناكُم ثمَّ قالَ رسولُ اللَّهِ -صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ-: إنَّ اللَّهَ وملائكتَهُ وأهلَ السَّماواتِ والأرضِ حتَّى النَّملةَ في جُحرِها، وحتَّى الحوتَ ليصلُّونَ علَى مُعلِّمِ النَّاسِ الخيرَ).
Dari Abu Umāmah al-Bāhili -raḍiyallāhu ‘anhu- bahwa Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah, seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian.” Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, sampai semut di lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar berselawat bagi para pengajar kebaikan kepada manusia.”
عن سعد بن أبي وقاص، وحذيفة بن اليمان -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (فضلُ العلْمِ أحبُّ إِلَيَّ مِنْ فضلِ العبادَةِ، وخيرُ دينِكُمُ الورَعُ).
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’.” (HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- يقول: (ألَا إنَّ الدُّنيا مَلعونَةٌ مَلعونٌ ما فيها إلَّا ذِكْرَ اللهِ، وما والاه، وعالِمًا أو مُتعَلِّمًا).
Dari Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Ketahuilah, dunia itu terlaknat dan terlaknat juga apa-apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang semisalnya, dan orang yang berilmu atau orang yang belajar.” Abu ‘Isaa berkata, “Hadits ini hasan gharib.” – kitab mu’jamul ausath at tabrani
Hadits Tentang Perjalanan Mencari Ilmu
وعن أبـي الدرداء رضي الله عنه قال, سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله طريقا إلى الجنة وإن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما صنع وإن العالم ليستغفر له من فى السموات ومن فى الأرض حتى الحيتان فى الماء وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب وأن العلماء ورثة الأنبياء وأن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنـما ورثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظ وافر (رواه أبو داود والترمذي)
Dari Abu Ad-Darda’ ra. Berkata: saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang diperbuatnya. Dan bahwasanya penghuni langit dan bumi serta ikan yang ada dilautan itu senantiasa memintakan ampun kepada orang yang pandai. Keutamaan orang alim terhadap orang ‘abid bagaikan keutamaan bulan purnama terhadap bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan bahwasanya para nabi tidak akan mewariskan dinar dan dirham (kekayaan duniawi) tetapi para nabi mewariskan ilmu pengetahuan, maka barang siapa yang mununtut ilmu darinya, maka dia telah mengambil bagian yang sempurna. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
عن أبي هريرة قال : سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يقول : ” من جاء مسجدي هذا ,لم يأته إلاّ لخير يتعلّمه أو يعلّمه , فهو بـمنـزلة الـمجاهد في سبيل الله , ومن جاء لغير ذلك , فهو بـمنـزلة الرّجل ينظر إلى متاع غيره ”
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, dia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :“Barangsiapa yang datang ke masjid ku ini yang tidak lain kecuali hanya untuk kebaikan yang ingin dia pelajari atau yang ingin dia ajarkan. Maka kedudukan nya sama dengan seorang berjihad dijalan Allah. Dan barangsiapa datang dengan niat selain itu, maka kedudukan nya sama dengan seseorang yang hanya dapat memandang harta orang lain saja.”
Hadist Keutamaan Menuntut Ilmu Setelah Kematian
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: (إذا مات الإنسانُ انقطع عملُه إلا من ثلاثٍ؛ صدقةٍ جاريةٍ، أو علمٍ يُنتَفَعُ به، أو ولدٍ صالحٍ يدْعو له)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim: 163)
Hadits Tentang Menyebarkan Ilmu
عن زيد بن ثابت -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- أنه قال: (نضَّرَ اللَّهُ امرأً سمِعَ مقالتي فبلَّغَها فرُبَّ حاملِ فِقهٍ غيرُ فقيهٍ ورُبَّ حامِلِ فِقهٍ إلى مَن هوَ أفقَهُ منهُ.
Dari zaid ibn tsabit RA, dari nabi SAW, beliau bersabda : “Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya lalu menghafalnya lalu menyampaikannya. Banyak orang yang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih paham darinya” (HR At-Tirmidzi).
Hadits tentang Hilangnya Ilmu Karena Wafatnya Ulama
عن عبد الله ابن عمرو بن العاصى رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إن الله لا يقبض العلم إنتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم بقبض العلماء, حـتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (متفق عليه)
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra. berkata: saya mendengar rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hati manusia, akan tetapi mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak terdapat ulama, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh menjadi pemimpin mereka , lalu orang-orang bodoh itu akan ditanya (dimintai fatwa), kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, maka orang-orang bodoh itu menjadi sesat dan menyesatkan orang lain.